Dalam 15 Tahun Dapat 1 Kemenangan: Saatnya Pelatih San Marino Mundur

San Marino - Bahwa San Marino adalah salah satu tim paling lemah di dunia, semua orang sudah tahu. Tapi mungkin sedikit yang menyadari bahwa selama 15 tahun timnas negara liliput itu dilatih satu orang.

Orang itu adalah Giampaolo Mazza, yang jika tidak ada agenda dengan tim asuhannya ia berangkat ke sekolah untuk menjalani profesinya yang lain sebagai guru semacam pendidikan jasmani. Dan ia baru saja mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih timnas negara berpopulasi 32 ribu penduduk itu.

Mazza mengambil keputusan itu setelah San Marino kalah telak 0-8 dari Ukraina hari Selasa lalu, dan seperti biasa menyelesaikan babak kualifikasi Piala Dunia di urutan terbawah di grupnya.

"Penyesalan saya adalah kami tak pernah memenangi sebuah pertandingan resmi. Tapi saya bangga karena kami tak pernah memakai pemain naturalisasi," ucap pria 57 tahun itu kepada Mediaset yang dilansir Reuters, Jumat (18/10).

"Tim ini telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan kami juga selalu bermain dengan keberanian," tambahnya.

Sebagaimana halnya San Marino, Mazza adalah figur yang menarik. Lahir di Genoa, Italia, ia pernah bermain di San Marino Calcio dan bermain di Serie C, serta lima kali memperkuat timnas San Marino. Ia sudah menggeluti dunia kepelatihan di usia 21 tahun.

Mazza ditunjuk menangani timnas negaranya di tahun 1998 -- dan baru berhenti 15 tahun kemudian, yang menjadikannya pelatih sebuah tim nasional bertahan paling lama di Eropa saat ini.
Dia dan San Marino mengecap setiap cerita kekalahan bersama-sama: 75 kali dari 76 pertandingan, di 8 kualifikasi turnamen besar (Piala Dunia dan Piala Eropa). Dari total 85 laga, hanya satu kali mereka merasakan kemenangan, yaitu di laga persahabatan di tahun 2004 dengan skor 1-0, atas tim gurem yang lain: Liechtenstein.

Meski itulah satu-satuya kemenangan Mazza, tapi yang ia kenang dalam-dalam adalah pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2002, ketika San Marino menahan imbang 1-1 Latvia di tahun 2001. Itulah satu-satunya poin yang didapat Mazza di pertandingan kompetitif selama 15 tahun.

"Sebuah hasil seri yang epic tapi seperti tak nyata. Waktu itu saya masih di awal tugas (sebagai pelatih timnas) dan satu poin itu membuat saya berpikir bahwa semuanya akan lebih mudah."

San Marino, yang banyak pemain bolanya berstatus amatir dan menggelutinya sebagai part timer, adalah salah satu lumbung gol bagi lawan-lawannya di setiap babak kualifikasi turnamen. Mereka pernah tiga kali menelan kekalahan dengan skor dua digit, termasuk 0-13 dari Jerman, yang merupakan rekor terburuknya.

San Marino adalah negara dengan populasi terkecil di Eropa. Dalam hal perekonomian, mereka salah satu negara dengan GDP tertinggi di dunia, paling sedikit jumlah penganggurannya di Eropa, tak punya utang, dan memiliki surplus anggaran.

Di daftar peringkat FIFA per September 2013 mereka ada di peringkat paling bawah (207) bersama Bhutan, Anguilla, dan Turks & Caicos.


Categories: Share

Leave a Reply